Seorang petani bernama Kasbi (70) asal Dusun Jabung, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, merasakan kekecewaan. Pasalnya, harga gabah yang ia jual kepada tengkulak mengalami penurunan di tengah naiknya harga beras di pasaran.
Kasbi baru saja panen padi di lahan miliknya seluas 500 meter dan menghasilkan 2,5 ton gabah. Ia mengaku harga gabah saat ini hanya dibeli seharga Rp7.500 per kilogram oleh tengkulak.
“Sebelumnya, harga gabah di tengkulak bisa mencapai Rp7.900 sampai Rp8.000 per kilogram. Tapi setelah Pemilu, harganya turun menjadi Rp7.500,” keluh Kasbi.
Ironisnya, harga beras di pasaran justru mengalami kenaikan yang signifikan. Saat ini, harga beras di pasaran mencapai Rp16 ribu per kilogram.
“Saya tidak merasakan harga beras naik karena saya punya sendiri. Tapi, kasihan juga dengan masyarakat yang harus membeli beras dengan harga tinggi,” kata Kasbi.
Kasbi mengaku keuntungan yang ia dapatkan dari hasil panennya tidak seberapa. Dari 2,5 ton gabah, ia hanya mendapat keuntungan sekitar Rp7,5 juta. Keuntungan tersebut harus dipotong untuk membayar upah pekerja angkut gabah dan sewa mesin Combine.
Meskipun demikian, Kasbi tetap bersyukur dengan hasil panennya yang bagus tanpa adanya hama. Ia berharap pemerintah dapat memperhatikan nasib para petani dengan memberikan harga yang layak untuk hasil panen mereka.
Kasbi juga membagikan tips agar hasil panen padi bagus, yaitu dengan ketelatenan dalam merawat tanaman dan menggunakan pupuk yang tepat. Ia menggunakan 3 jenis pupuk, yaitu Urea, Pupuk RKM, dan KCI.